SPENADAQUWH......
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Pencarian
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Latest topics
» bleketepe band indie magelang
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 7:05 pm by nothing.special.from.me

» fortuna band magelang
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 5:52 pm by nothing.special.from.me

» Fasilitas Sekolah
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:35 pm by nothing.special.from.me

» Prestasi Sekolah
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:34 pm by nothing.special.from.me

» ekstrakulikuler
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:26 pm by nothing.special.from.me

» profesionalisme Guru
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:24 pm by nothing.special.from.me

» Menyoal Globalisasi Sekolah
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:23 pm by nothing.special.from.me

» Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:21 pm by nothing.special.from.me

» berharap pada KTSP
Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa EmptyFri Oct 31, 2008 3:19 pm by nothing.special.from.me

Navigation
 Portal
 Indeks
 Anggota
 Profil
 FAQ
 Pencarian

Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa

Go down

Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa Empty Kurikulum Matikan Daya Kreatifitas Siswa

Post by nothing.special.from.me Fri Oct 31, 2008 3:21 pm

[JAKARTA] Ketiadaan konsep masa depan yang jelas menjadikan kualitas pendidikan Indonesia terus mengalami penurunan. Pergantian kurikulum yang tidak saling berkaitan, menunjukkan tidak adanya kesinambungan usaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan. "Tidak ada benang merah kebijakan sejak menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara sampai sekarang," ujar pakar pendidikan Winarno Surakhmad, kepada SP, di Jakarta, Selasa (5/Cool. Winarno mengemukakan, pola pendidikan nasional tidak disusun oleh kaum profesional tetapi oleh politisi. Hal itu yang membuat visi pendidikan menjadi tidak jelas dan tidak ada kontinuitas sistem guna mewujudkannya. Perubahan kurikulum, katanya, terbukti tidak dapat mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia karena justru mematikan daya kritis dan kreativitas siswa. "Percuma kurikulum bagus, tapi hanya diukur oleh ujian nasional," katanya. Akibatnya, pendidikan justru kehilangan esensinya karena tidak dapat memberi makna bagi kehidupan siswa. "Perubahan kurikulum secara terus menerus juga berdampak negatif bagi para guru. Kurikulum yang terus berganti membuat para guru sering kebingungan dalam mengaplikasikannya," tutur Winarno. Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi menilai, beban kurikulum yang terlalu berat dan sedikitnya ruang bagi tumbuhnya kreativitas mengakibatkan sekolah menjadi "penjara" bagi peserta didik. "Sistem pendidikan kita memperlakukan anak seperti robot. Anak ke sekolah harus membawa koper berisi begitu banyak buku, sampai di rumah masih harus mengerjakan PR," ucapnya. Dia mengungkapkan, dengan beban sekolah yang demikian padat, lantas kapan anak-anak memiliki waktu untuk bermain. Padahal, katanya, bermain merupakan salah satu unsur penting dalam tumbuh kembang fisik, intelektual, dan mental anak. Sistem pendidikan yang kaku dan mengekang seperti itu, katanya, menganggap otak anak-anak kosong, sehingga harus dijejali dengan berbagai hafalan materi pelajaran. Karena sekolah sudah seperti penjara bagi peserta didik, lanjutnya, maka ketika guru mengumumkan siswa bisa pulang lebih awal karena guru akan rapat, reaksi spontan siswa adalah kegirangan. "Mereka bergembira karena bisa lepas sejenak dari 'penjara'," tuturnya. Mengidap Fobia Menurut dia, karena beban di sekolah sangat berat, tidak mengherankan bila sebagian anak pada saat ini ada yang mengidap fobia sekolah (school phobia), yang manifestasinya bisa bermacam-macam, misalnya sering merasa sakit, tidak enak badan, dan lainnya. Seto mengingatkan, kurikulum pendidikan dasar terlalu padat, sehingga kurang memberi ruang ekspresi dan kreativitas bagi peserta didik. Padahal, pendidikan nasional bertujuan mengembangkan segenap potensi peserta didik, bukan ingin menciptakan robot. Menurut dia, kreativitas dengan kedisiplinan seseorang bisa berjalan beriringan, karena itu keliru bila kebebasan dan kreativitas identik dengan ketidakdisiplinan. Diingatkan, masih banyak sekolah yang diduga melanggar hak anak, bahkan tidak hanya sekolah tapi juga orangtua. "Beban kurikulum yang berat bisa dianggap melanggar hak anak. Masyarakat seharusnya proaktif memantau hal itu," katanya. [W-12] 'Laptop ini dirancang untuk dipakai di negara berkembang (dengan harga $100 [Rp901.000]). Sekarang harganya '$188 meskipun tujuannya menjual laptop seharga $100'. Pemerintah dapat membeli laptop berwarna hijau dan putih ini sampai 250.000 buah. Bulan Januari, Michalis Bletsas, pejabat tinggi proyek ini mengatakan kepada BBC bahwa OLPC berharap menjual laptop ini untuk umum tahun depan. Menurut Bender, OLPC melihat beberapa keuntungan menawarkan laptop ke negara maju. Akan banyak orang mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan isi, perangkat lunak dan pendukungnya, ujar Bender. Namun terutama, katanya, cara memperluas proyek laptop ke negara-negara yang tidak mampu berpartisipasi'. Satu Laptop Untuk Setiap Anak: To provide children around the world with new opportunities to explore, experiment and express themselves.

nothing.special.from.me
nothing.special.from.me
Admin

Jumlah posting : 91
Age : 30
Lokasi : kota kecil sudut kota magelang,yang tidak penting
Registration date : 15.10.08

http://spenada4u.co.cc

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas


 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik